TEKNIK PEMBUATAN DAN PEMBERIAN PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
DISUSUN
OLEH:
Nama : Rahmad Hidayat
Nim : 1611102010002
Kelompok :
2 (Dua)
Asisten : Zulfahmi
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
BANDA
ACEH
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini
banyak diberikan keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Ucapan
terima kasih tidak lupa saya haturkan kepada asisten dan teman-teman yang
banyak membantu dalam penyusunan laporan ini. Saya menyadari di dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian.
Oleh karena
itu saya meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga memohon kritik dan
saran agar saya bisa lebih baik lagi dalam membuat laporan ini.
Harapan saya
mudah-mudahan apa yang saya susun ini bisa memberikan manfaat untuk saya
sendiri,teman-teman, serta orang lain.
Darussalam, Juni 2019
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
DATAR TABEL
Halaman
Tabel 3 ransum pakan ikan nila
Tabel 4 Uji Biologis Pakan Ikan Nila
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi Praktium
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Usaha budi daya perairan di Indonesia sudah berkembang sangat pesat,
baik budi daya air tawar, air payau maupun laut. Produksi perikanan budi daya
tahun 2014 diperkirakan sebesar 14,5 juta ton atau 107,97% dari target yang
telah ditetapkan sebesar 13,4 juta ton, sedangkan target produksi perikanan
budi daya tahun 2015 mencapai 16,9 juta ton. Kebutuhan pakan ikan dan udang
secara nasional pada tahun 2015 ditargetkan 9,27 juta ton dimana 49% nya
merupakan kebutuhan pakan ikan air tawar seperti ikan mas, nila, gurame, patin
dan lele
Pakan adalah nama umum yang digunakan untuk menyebut makanan yang
dimanfaatkan atau dimakan hewan, termasuk ikan untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan tubuhnya. Pakan yang dimakan berasal dari pakan alam (pakan alami)
dan dari buatan manusia . Pakan ikan merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan suatu budidaya perikanan, disamping faktor-faktor lain
seperti : benih, pengelolaan, dan pencegahan penyakit mengemukakan pakan
sebagai salah satu komponen produksi, pembelian pakan menyita 60-70% dari total
biaya produksi.
Pakan yang diberikan kepada ikan budidaya dapat berupa pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan kepada ikan budidaya yang
diperoleh langsung dari alam atau diproduksi melalui kultur (pemeliharaan).
Pakan alami dapat langsung diberikan kepada ikan budidaya tanpa harus diolah.
Pakan buatan pelet diberikan kepada ikan budidaya harus dipilih sesuai dengan
kebutuhan gizi unutk ikan. Pelet juga tidak berasal dari bahan baku yang beracun
atau kadaluarsa. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan, cara yang paling praktis
adalah dengan menggunakan pakan buatan. Alasan digunakannya pakan buatan adalah
lebih mudah diperoleh dalam jumlah cukup, tepat waktu dan berkesinambungan,
pakan lebih tahan lama, minimum selama satu musim pemeliharaan sehingga
pencariannya tidak perlu setiap hari, kandungan gizi pakan dapat diatur oleh
pabrik yang bersangkutan dan disesuaikan dengan kebutuhan ikan yang akan diberi
makan, bentuk dan ukuran pakan buatan dapat diatur sesuai dengan ukuran ikan,
daya tahan pakan dalam air dapat diatur dan disesuaikan sesuai dengan kebiasaan
makan ikan, selain itu bau, rasa, dan warna dapat diatur sehingga lebih menarik
ikan-ikan yang akan diberi makan Pakan buatan dapat diproleh di toko-toko pakan
atau dibuat sendiri
Pakan yang dibuat sendiri lebih menghemat biaya produksi ketimbang
pakan yang dibeli di toko – toko pakan. Menurut Rasidi (1998), salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah
dengan membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan ini menggunakan
teknik sederhana dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku lokal, termasuk pemanfaatan
limbah hasil industri pertanian yang relatif murah.
Pakan ikan diberikan dengan tujuan agar meningkatkan dan mempertahankan
pertumbuhan serta kelangsungan hidup ikan. Pertumbuhan adalah pertambahan berat
badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur. Berkaitan dengan hal di atas, perlu
diadakannya praktikum Manajemen Pemberian Pakan khususnya proses pembuatan
pakan dan evaluasi kelayakan biologis untuk pertumbuhan ikan Nila hitam
(Oreochromis niloticus). Hal ini karena ikan Nila mempunyai keunggulan dengan
pertumbuhannya yang cepat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1
Untuk mengetahui
teknik pemberian pakan
2
Untuk mengetahui
penyusunan ransum pakan
3
Untuk mengetahui
tahapan awal sampai akhir pembuatan pakan ikan nila
4
Untuk mengetahui bahan
yang digunakan pada pembuatan pakan
5
Untuk mengetahui
respon biologis ikan terhadap pakan yang diberikan
1.3 Manfaat
Manfaat
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1
Mahasiswa mengetahui teknik pemberian pakan
2
Mahasiswa mampu penyusunan ransum pakan
3
Mahasiswa mengetahui
tahapan awal sampai akhir pembuatan pakan ikan nila
4
Mahasiswa mengetahui
bahan yang digunakan pada pembuatan pakan
5
Mahasiswa mengetahui
respon biologis ikan terhadap pakan yang diberikan
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai
nilai konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh
memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai
Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah
tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim
tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan
nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai
oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal
seperti daging ikan kakap merah (Sumanta dinata, 1981).
ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Kelas :
Osteichtyes
Subkelas :
Acanthopterygii
Ordo :
Percomorphi
Subordo :
Percoidea
Famili :
Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1. ikan nila
Gizi utama yang terkandung dalam ramuan pakan adalah protein, lemak dan
karbohidrat. Dalam menyusun ramuan pakan juga diperhatikan nilai ubahnya
(konversi), apabila makanan tersebut hanya dimaksudkan sebagai bahan makanan
tambahan maka kandungan gizinya dapat lebih rendah dibandingkan jika akan
digunakan sebagai makanan pokok (Mudjiman, 2004). Kandungan gizi dari ransum
yang akan digunakan dalam pembuatan pakan meliputi bahan anorganik (abu),
protein, lemak, serat kasar (SK), dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dengan
kandungan yang berbeda-beda (Agustono dkk., 2010).
Komposisi bahan baku yang akan digunakan dapat diperhitungkan
berdasarkan kadar proteinnya pada saat menyusun ramuan pakan. Kadar gizi dari
masing-masing bahan baku yang akan digunakan dalam pembuatan pakan perlu
diketahui. Ramuan pakan ikan yang akan diberikan harus disesuaikan dengan
fase atau umur pemeliharaan ikan. Kandungan energi yang terkandung dalam
pakan ditentukan berdasarkan kebutuhan ikan pada umumnya (Mudjiman, 2004)
Yang
dimaksud dengan nutrisi untuk ikan adalah kandungan gizi yang dikandung pakan,
yang diberikan kepada ikan peliharaan. Apabila pakan yang diberikan ikan
peliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak
saja akan menjamin hidup dan aktivitas ikan, tetapi juga akan mempercepat
pertumbuhannya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan tersedia dalam pakan
ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, dan serat kasar . Selain itu itu
juga terdapat vitamin dan mineral, antibiotik dan antioksidan, serta bahan
perekat, tetapi kandungan nutrisi yang utama adalah protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral (Kordi, 2004).
Bahan baku yang digunakan sangat menentukan kualitas pakan buatan yang
dihasilkan. Bahan baku pakan dapat dibagi berdasarkan kandungan nutrisi
dominannya, yaitu sebagai sumber protein, energi, mineral, dan vitamin. Bahan
baku dapat dikatakan sebagai sumber protein jika mengandung protein kasar lebih
dari 19%, namun bahan baku yang mengandung protein kasar kurang dari 16% dan
serat kasarnya lebih kecil dari 18% digolongkan sebagai bahan baku sumber
energy (Rasidi 2002).
METODELOGI
KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilakukan pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2019 di Laboratorium Biologi Laut
Fakultas Kelautan dan Perikanan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 alat
Alat yang digunakan
pada praktikum ini berfungsi sebagai penggiling, pencetak dan pengering, untuk
lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel
3.1.1 alat
No |
Nama
Alat |
Jumlah |
Fungsi |
1. |
Kamera Handphone |
1
unit |
Untuk dokumentasi
praktikum |
2. |
Ayakan |
1
unit |
Untuk menyaring
bahan baku berupa tepung agar lebih halus |
3. |
Nampan |
2
unit |
Sebagai wadah
bahan-bahan baku pakan |
4. |
Mesin Penggiling
Pakan |
1
unit |
Untuk menghaluskan
bahan baku menjadi tepung |
5. |
Oven |
1
unit |
Untuk mengurangi
kadar air yang terdapat pada bahan baku sebelum digiling |
6. |
Plastik |
secukupnya |
Sebagai wadah
penyimpanan bahan baku yang telah siap digunakan |
7. |
Mesin Pencetak
Pakan |
2
unit |
Untuk mencetak
pakan |
8. |
Kuas |
1
unit |
Untuk membantu
dalam proses penggilingan |
9. |
Baskom |
1
unit |
Sebagai wadah
pembuatan campuran pakan |
10. |
Timbangan Analitik |
1
unit |
Untuk mengukur
berat bahan baku secara akurat |
11. |
Akuarium |
1
unit |
Sebagai wadah
pemeliharaan ikan sampel |
Tabel 3.2 Bahan
Bahan
yang digunakan umumnya adalah vahan utama yang digunakan untuk pembuatan pakan,
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel
3.2.1 bahan
No |
Nama
Bahan |
Jumlah |
Fungsi |
1. |
Tepung keong
mas |
120 gram |
Sebagai
bahan baku suplemen |
2. |
Tepung
ikan |
290 gram |
Sebagai
bahan baku suplemen |
3. |
Ampas tahu |
280 gram |
Sebagai
bahan baku suplemen |
4. |
Dedak |
130 gram |
Sebagai
bahan baku basal |
5. |
Minyak
ikan |
20 gram |
Sebagai
bahan baku basal |
6. |
Tepung
kanji |
30 gram |
Sebagai
binder (perekat) |
7. |
Tepung
jagung |
100 gram |
Sebagai
bahan baku basal |
8. |
premiks |
30 gram |
Sebagai
bahan baku tambahan |
9. |
Aquades |
secukupnya |
Sebagai
bahan baku tembahan |
10. |
Ikan Nila |
10 ekor |
Sebagai
sampel pengujian pakan secara biologis |
3.3 Cara Kerja
Cara kerja dari
praktikum ini yaitu:
1. Dilakukan pemilihan dan pencarian bahan-bahan baku
yang telah ditentukan.
2.
Dilakukan penjemuran
bahan baku yang basah agar kering dan kadar airnya hilang. Apabila tidak kering
maka bisa digunakan oven.
3.
Bahan yang telah kering
selanjutnya dilakukan penghalusan menggunakan mesin penggiling.
4.
Setelah halus, bahan
baku tersebut dilakukan pencampuran di wadah baskom.
5.
Setelah menjadi adonan
pakan, selanjutnya dilakukan pencetakan menggunakan mesin pencetak pakan.
6.
Setelah dicetak, pakan
dimasukan ke dalam oven untuk mengurangi kadar airnya dan kemudian dilakukan
penjemuran di bawah sinar matahari agar hasilnya maksimal.
7. Pakan siap untuk diuji secara biologis.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan praktikum ini
adalah terkait data ransum pakan yang di hitung serta uji biologis terkait
ketertarikan ikan oleh pakan yang di buat.
4.1.1 Ransum Pakan Ikan Nila
Ransum pakan ikan nila ini dihitung
menggunakan program Microsoft excel, adapun datanya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3 ransum pakan ikan nila
Jenis
Bahan Baku |
Kandungan
protein |
Persentase
bahan pakan Ikan Nila |
Berat
bahan baku (gram) Nila |
|
T.
keong mas |
49.9 |
11 |
110 |
|
Tepung
ikan |
45 |
30 |
300 |
|
Ampas
tahu |
25.96 |
27 |
270 |
|
Dedak |
7.94 |
13 |
130 |
|
Minyak
ikan |
10 |
2 |
20 |
|
Tepung
kanji |
0.8 |
3 |
30 |
|
Premiks |
0 |
3 |
30 |
|
Tepung
jagung |
4.4 |
11 |
110 |
|
Jumlah (0%) |
100 |
1000 |
||
Kadar Protein (%) |
27.7384 |
277.384 |
4.1.2 Uji Biologis Pakan
Uji
biologis pakan ini adalah uji terkait respon ikan nila terhadap pakan yang
diberikan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4 Uji Biologis Pakan Ikan Nila
No |
Hari Ke |
Jumlah Ikan Di Dalam Wadah |
Respon Ikan Terhadap Pakan Yang Diberikan |
1 |
1 |
10 |
Ikan nila belum diberi pakan
karna masih dalam tahap aklimatisasi |
2 |
2 |
10 |
Pakan muali diberi dan ikan
sedikit merespon |
3 |
3 |
10 |
Respon ikan terhadap pakan
mulai cepat namun tidak lansung dimakan |
4 |
4 |
10 |
Respon
ikan terhadap pakan sangat cepat |
4.2 Pembahasan
Keberhasilan dalam membuat pakan buatan harus memperhatikan kandungan
nutrisi salah satunya yaitu protein yang dibutuhkan oleh ikan, sehingga mudah
dalam membuat ransum pakan dan mudah mencari bahan baku yang dibutuhkan. Ikan
Lele termasuk dalam golongan omnivora dengan protein sedang antara 30-40%. Penurunan
kandungan protein juga dapat disebakan dari proses pemasakan (pengukusan) pelet
sebelum dibentuk karena protein rawan rusak terhadap pemanasan suhu tinggi
(Irfak, 2013). Selain itu untuk meningkatkan nilai protein pada pakan dapat
dilakukan dengan menambah porsi tepung ikan, dedak serta bahan lain yang
mengandung protein tinggi. Protein mempunyai fungsi bagi tubuh ikan yaitu sebagai
zat pembangun yang membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti
jaringan yang rusak, maupun digunakan untuk bereproduksi. Pada umumnya ikan
membutuhkan protein sekitar 20-60%, dan optimum 30 – 36%.
Dalam pembuatan pakan ini penggolongan pakan telah dilakukan terlebih
dahulu menggunakan sitem Microsoft excel tahap awal pembuatan diawali dengan
menghancurkan bahan terlebih dahulu menjadi tepung dan lansung di bentuk
menjadi adonan, selanjutnya ditambahkan masing masing tepung sesuai dengan
kadar yang telah tertera di dalam tabel ransum pakan. Tahap berikutnya adalah
percetakan, langkah ini menggunakan mesin cetak dengan ukuran lobang 2 mm dan
hasil adonan yang dicetak lansung di potong pendek-pendek. Hal ini bertujuan
agar pakan dapat sesuai dengan bukaan mulut ikan.
Tahap percetakan sudah dilalui, tahap berikutnya adalah tahap
pengeringan, tahap ini menggunakan alat oven untuk mengurangi kadar air did lam
pakan, kadar air pada pakan yang tinggi akan menyebabkan pakan akan mudah
berjamur dan rusak, sehingga ikan pun tidak akan mau memakannya. Pengeringan
ini dapat juga
Dapat dilakukan dibawah matahari namun membutuhkan waktu
yang lama, pada penggunaan oven dapat memakan waktu 15-30 menit namun jika
menggunakan matahari bisa lebih lama.
Salah satu
faktor lain yang mempengaruhi kualitas pakan ikan adalah kemampuannya ketika
mengapung di dalam air (daya apung). Pakan ikan yang cepat tenggelam di dalam
air tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan, sehingga tingkat
efisiennya sangat rendah. Hasil dari percobaan pakan tidak terlalu lama
mengapung dalam dalam air. Hal ini dikarenakan salah satunya yaitu alat yang
digunakan tidak khusus untuk pakan mengapung. Menurut Irfak (2013), lama
apungan pakan yang dihasilkan oleh pabrik selama 2 jam. Sedangkan menurut
Fadjarwati (2011), pakan ikan berbentuk pelet dengan ekstruder memiliki daya
apung selama 9 jam. Perbedaan teknologi pembuatan pakan ikan serta ukuran
partikel bahan penyusun pakan berpengaruh pada daya apung. Pelet bisa terapung
karena ada pori pori dalam pelet yang terjadi karena gesekan dari bahan yang
dibawa oleh ekstruder dengan dinding tabung dan dipadatkan diujung ekstruder dengan
tekanan tinggi.
Tahap
berikutnya adalah pengujian biologis, pada tahap ini pakan yang telah dibuat di
uji kepada ikan nila, ikan yang diuji berumur 2 bulan, dengan panjang ikan 6
cm, berjumlah 10 ekor di dalam wadah berbentuk kotak. Pada tahap pengujian
pakan yang diberikan memberikan respon yang baik terhadap pakan ditandai dengan
ikan lansung mengejar diarah jatuhnya umpan, hal ini di indikasi bau yang
dihasilkan oleh pakan membuat ikan mengejar umpan tersebut. Dengan kebutuhan
yang telah terukur di dalam ransum pakan yaitu dengan protein 28% sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ikan nila dalam proses pertumbuhan dari
ikan tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Pembuatan pakan buatan harus memperhatikan
kebutuhan nutrisi ikan yang akan diberi pakan, karena kebutuhan nutrisi setiap
ikan berbeda-beda.
2.
Bahan baku yang digunakan dalam pakan buatan tidak
mengandung racun, tidak bersaing dengan bahan pokok kebutuhan manusia, memiliki
kandungan nutrisi, murah dan mudah diperolah ketika dibutuhkan.
3.
Sebelum pembuatan pakan, harus mencari formulasi
ransum pakan dengan rumus yang telah ditentukan.
4.
Uji proksimat dan uji biologis sangat dibutuhkan
pada pakan buatan.
5.
Uji proksimat bertujuan untuk melihat kandungan
nutrisi protein, lemak, kadar abu dan kadar air.
6.
Pakan buatan dari praktikum memiliki respon yang
baik dari ikan dan disukai oleh ikan.
5.2 Saran
Saran untuk
praktikum selanjutnya yaitu agar dapat melakukan uji proksimat terhadap pakan
sehingga mengetahui kandungan nutrisi seperti protein, lemak, kadar air dan
kadar abu di dalam pakan apakah sesuai dengan standarnya
DAFTAR PUSTAKA
Anna, S. 2008. Analisis Fisika pada Analisa Pakan Udang. Direktorat
Jenderal Perikanan bekerja sama dengan Internasional Development Research
Centre, 1987.
Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 146
hal.
Bambang. 2001. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Hal 115.
Darmono. 1993.Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius. Yogyakarta.
Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). CV Yasaguna. Jakarta.
Djarijah, A. S. Ir. 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta. 87
hal.
Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Usaha
Nasional, Surabaya. 434 hal.
Ghufron dan Kardi. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng. Dahara
Prize. Semarang
Gunawan, D. 2010. Pedoman Pembangunan Pabrik Pakan Skala Kecil Dan
Proses Pengolahan Pakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. 30 hal. ADLN
Perpustakaan Universitas Airlangga
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 491 hal.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2 untuk SMK. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 276 hal.
Irma, H. 2008. Teknik Pembuatan Pakan Ikan Apung Di CV. Mentari
Nusantara Feedmill. Praktek Kerja Lapang. Tulungagung. Jawa Timur. 67 hal.
Khairuman, K.A. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agro Media Pustaka.
Jakarta. 83 hal.
Mujiman, A. 1999. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hal 146-148 : 157-165.
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal
13 : 56 : 77.
Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Dan Pembenihan Bandeng. Kanisius.
Yogyakarta. Hal 87-98.
Nahm, K.H. 1992. Practical Guide to Feed, Forage and Water Analysis.
Yoo Han Pub. Korea Republic.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal.
Pfeil. F., Schultze H.P. 1996. Devonian Fishes and Plants of Miguasha,
Quebec, Canada. Verlag. München. 374 hal.
Rasidi. 2002. Formulasi Pakan Lokal Alternatif untuk Unggas. Cetakan 5.
Penebar Swadaya. Jakarta. 106 hal.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan. Jilid I dan II.
Bina cipta. Bandung.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Praktium
Gambar 1. Keong
gambar 2. Penggilingan
Gambar
3. Pengayakan bahan gambar 4. Tepung ikan
Gambar
5. Pencampuran bahan gambar 6. Penyetakan pakan
Gambar 7. Pengeringan gambar 8. Pakan pellet jadi
Gambar 9. Uji biologis pakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar