Minggu, 11 Oktober 2020

INILAH 7 DAFTAR IKAN CUPANG PLAKAT DENGAN HARGA TERMAHAL!!||HAMPIR 25 JT

        Ikan cupang kini memiliki minat yang cukup tinggi di kalangan para pecinta ikan hias, tak bisa di pungkiri, keindahan tubuh dan tingkah laku ikan ini mampu membuat sebagian orang untuk mengeluarkan uang lebih demi memiliki ikan yang cantik ini.
        umunya jenis yang memiliki harga fantastis adalah dari jenis cupang plakat. ada berbagai jenis cupang plakat dengan ragam warna yang indah dan tentunya harga yang fantastis, berikut kami sajikan 7 datar ikan cupang plakat termahal versi rahmat_blog:


7. CUPANG YELLOW FANCY
Cupang yellow fancy merupakan jenis cupang plakat yang memiliki warna dominan kuning dan beberapa warna penduking lainnya seperti warna biru, putih dan hitam. ikan ini tergolong salah satu ikan yng digemari oleh pencinta cupan karena warna nya yang bagus dan cerah. harga dari ikan ini sendiri berkisar dari 50-500 ribu, tergantung dari segi kelas dan keindahan ikan tersebut.

6. CUPANG BLACK SAMURAI
jenis cupang black samurai adalah jenis ikan yang unik dengan perpaduan warna hitam dan putih, warna putih pada ikan cupang ini berbentuk lurus dari ujung kepala hinga ekor menyerupai bilah samurai, hal ini mengapa ikan ini dikatakan black samurai. dikalangan pecinta ikan cupang, ikan ini merupakan salah satu primadona. harga ikan ini berkisar antara 90-700 ribu.

5. CUPANG SUPER RED
        cupang super red dikenal dengan warna merah yang sangat pekat, hal ini mengapa ikan ini disebut dengan super red. warna merah ini menjadi ciri khas tersendiri dari ikan ini, bagi pecinta ikan cupang, mendapatkan jenis super red cukup sulit, maka dari itu ikan ini memiliki harga yang cukup fantastis berkisar antara 50-900 ribu, hal ini di lihat dari bentuk tubuh, tingkah laku dan kepekatan warna.

4.CUPANG NEMO
cupang jenis ini dikatakan nemo karna dominansi warna orange pada tubuhnya, cupang nemo ini sendiri terbagi atas nemo clsic, nemo emerald, nemo multy colour dan nemo galxy. meski banyak jenis ikan ini tetap di dominasi oleh warna orange. ikan ini memiliki peminat yang cukup banyak serta digemari oleh para pencinta cupang. harga ikan ini mulai dari 50 ribu hinggat 1,5 juta.

3.CUPANG KOI
    cupang koi dikenal sebagai cupang dasa bagi semua jenis cupang warna, ikan cupang koi juga memiliki berbagai jenis, seperti koi galxy, koi multy colour, yellow koi galxy, dll. jenis ikan ini sama halnya dengan cupang nemo hanya saja tubuhnya di domonansi oleh warna merah. semakin pekat dan banyak warna di tubuhnya semakin cantik dan mahal pula harganya. kisaran harga untuk cupang ini adalah 50 ribu sampai 7 juta.

    
2. CUPANG BLUERIM
cupang blue rim adalah jenis cupang yang di populerkan oleh negara asalnya yaitu Thailand. ikan ini memiliki dominansi warna tubuh putih dan pada tiap ujung sirip berwarna biru. ikan ini cukup popiler di kalangan pencinta cupang dan mendapat perhatian yang cukup besar. jenis cupang ini umumnya terbagi atas cupang blue rim clean, marble, dan blue panda, harga ikan ni berkisar antara 50 ribu hingga 20 juta.


1. CUPANG AVATAR
cupang avatar adalah salah satu jenis cupang kebanggan indonesia, hal ini dikarenakan genetik asli cupang ini ditemukan di Indonesia pada tahun 2013. ikan ini mendapat julukan ikan termahal di indonesia bahkan luar negeri dikarenakan kesulitan dalam memperoleh jenisnya, rasio untuk memperoleh ikan ini adalah 1:10 tah heran ikan ini memiliki kisaran harga antara 500 ribu hingga 22 juta.


itulah beberapa jenis ikan cupang yang mungkin bermanfaat buat pembaca semua.....







PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DI KOLAM TERPAL

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya perikanan yang semakin berkembang. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat dibudidayakan dilahan sempit dengan padat tebar tinggi (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Beberapa tahun terakhir budidaya ikan lele telah banyak dikembangkan secara intensif. Kegiatan budidaya secara intensif menerapkan padat tebar yang tinggi dan pemakaian pakan buatan berkadar protein tinggi

Budidaya perairan atau aquaculture adalah rekayasa manusia dengan menambahkan input dan energi untuk meningkatkan produksi organisme akuatik yang bermanfaat dengan memanipulasi tingkat pertumbuhan, mortalitas, dan reproduksinya. Budidaya perairan dapat pula didefinisikan sebagai kegiatan pemeliharaan ikann dalam arti luas dimana didalamnya diterapkan kegiatan pertanian dan peternakan, Ikan lele memiliki prospek ekonomi untuk memenuhi pasar lokal karena harga, tekstur daging dan kuantitasnya memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan baku protein yang murah untuk masyarakat. Permintaan lele segar untuk konsumsi diperkirakan akan terus meningkat, sehingga untuk memenuhi permintaan pasar kegiatan budidaya terutama pembesaran harus terus ditingkatkan

Ikan lele (Clarias gariepinus.) salah satu komoditas ikan air tawar yang sangat mudah dibudidayakan. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan menjadi 2 segmen, yaitu segmen usaha pembenihan dan segmen pembesaran. Usaha budidaya ikan lele merupakan siklus usaha yang relatif pendek yaitu 1,5 bulan untuk pembenihan dan 3 bulan untuk pembesaran, sehingga perputaran uang untuk kegiatan usaha menjadi lebih cepat. Segmen pembenihan bertujuan menghasilkan benih ikan lele, sedangkan segmen pembesaran bertujuan menghasilkan ikan lele siap konsumsi.

Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ini sangat menguntungkan. Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan permintaannya cukup besar. Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikannya sebesar 18,3 % per tahun. Pada tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton Pada tahun 2003 produksi lele sebesar 57.740 ton.

1.2 Tujuan

            Tujuan laporan ini adalah sebagai berikut:

1        Untuk mendapatkan keuntungan selama pembesaran ikan lele.

2        Untuk mengetahui data laju pertumbuhan panjang dan berat ikan lele.

3        Untuk mengetahui  nilai FR dan FCR selama pemeliharaan.

4        Untuk mengetahui analisa usaha selama kegiatan usaha pembesaran.

5        Untuk mengetahui kendala dan penanganan selama kegiatan pembesaran ikan lele.

1.3 Manfaat

            Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1        Memberikan informasi keuntungan selama pembesaran ikan lele.

2        Memberikan informasi data laju pertumbuhan panjang dan berat ikan lele.

3        Memberikan informasi nilai FR dan FCR selama pemeliharaan.

4        Memberikan informasi analisa usaha selama kegiatan usaha pembesaran.

5        Memberikan pemahaman mengenai kendala dan penanganan selama kegiatan pembesaran ikan lele.

 

 


 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

            Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom          : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Phylum            : Vertebrata

Class                : Pisces

Sub Class        : Teleostei

Ordo                : Ostariophysoidei

Sub Ordo        : Siluroidea

Family             : Claridae

Genus              : Clarias

Spesies            : Clarias gariepinus

Seperti lele pada umumnya, ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki kulit yang licin, berlendir, dan tidak memiliki sisik sama sekali. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut ikan lele dumbo relatif lebar, yaitu sekitar ¼ dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari ikan lele sangkuriang adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi sebagai alat peraba. Kumis berfungsi sebagai alat peraba saat bargerak atau mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002). Badan ikan lele sangkuriang berbentuk memanjang dengan kepala pipih dibawah (depresed). Ikan lele sangkuriang memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu, sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Selain itu, ikan lele sangkuriang juga memiliki dua buah sirip yang berpasangan untuk alat bantu berenang, yaitu sirip dada dan sirip perut. Ikan lele sangkuriang mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil yang terletak di depan sirip dada (Suyanto, 2009).

Menurut Puspowardoyo dan Djarijah (2003), ikan lele sangkuriang memiliki patil tidak tajam dan giginya tumpul. Sungut ikan lele dumbo relatif panjang dan tampak lebih kuat dari pada lele lokal. Kulit dadanya terletak bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit pada manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna gelap kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan.

Menurut Najiyati (2007), ikan lele sangkuriang memiliki alat pernapaasan tambahan yang disebut arborescent organ terletak di bagian kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksila (berfungsi sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang.

2.2 Habitat dan Tingkah Laku

Habitat ikan lele sangkuriang adalah semua perairan air tawar. Menurut Najiyati (2007), ikan lele sangkuriang termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air yang tidak tenang. Di sungai-sungai, ikan ini lebih banyak dijumpai di tempattempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Kondisi yang ideal bagi hidup ikan lele sangkuriang adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–260 C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Kandungan O2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematiannya.

Ikan lele sangkuriang hidup dengan baik di dataran rendah sampai perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20°C, pertumbuhannya sedikit lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan ikan lele dumbo kurang begitu baik (Suyanto, 2009).

Ikan lele sangkuriang mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele sangkuriang dapat tumbuh secara optimal diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Kadar oksigen yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan lele sangkuriang secara optimum adalah harus lebih dari 3 ppm. Tinggi rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan tersebut khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme (Arifin, 1991).

2.3 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

            Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas. Ikan lele dumbo biasanya memiliki kecepatan tumbuh yang lebih besar dibandingkan ikan lele lokal. Ikan lele dumbo mencapai kedewasaan setelah ukuran 100 gram atau lebih.

            Pertumbuhan dari fase awal hidup ikan mula-mula berjalan dengan lambat untuk sementara tetapi kemudian pertumbuhan berjalan dengan cepat dan diikuti dengan pertumbuhan yang lambat lagi pada umur tua. Pada ikan tua, pertumbuhan berjalan lambat karena sebagian besar makanannya digunakan pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Effendie, 2002). Ikan lele dumbo pada umur 26 hari memiliki panjang standar rata-rata 2-3 cm dengan bobot 0,004 gram dan umur 40 hari memiliki panjang standar rata-rata 3-5 cm dengan bobot 0,68 gram (Sunarma, 2004). Kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut (Effendi, 2002).

Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele dumbo bisa bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup (Yuniarti, 2006).


 

BAB III METODELOGI KERJA

3.1 Waktu Dan Tempat

            Praktikum pembesaran ikan ini dilakukan selama 90 hari terhitung dari tanggal 15 februari sampai dengan 15 mei 2019, beralamat di jln. Sejati indah, des. Limpok, Kec. Syiah kuala, Kab. Aceh besar. Aceh, Indonesia.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dibagi menjadi alat pembuatan kolam serta alat dan bahan selama pemeliharaan ikan.

3.2.1 Alat

Tabel 1 daftar alat yang digunakan

No

Alat

Jumlah

Fungsi

1

Terpal

4 x 6 meter

Wadah ikan lele

2

Kayu

10 lembar

Kerangka kolam

3

Meteran

1 unit

Alat ukur pembuatan kolam

4

Paku

5 ons

Penguat kerangka

5

Palu

1 unit

Pemukul paku

6

Pipa

2 meter

Saluran pembuangan kolam

7

Elbow pipa

1 unit

Penyambung saluran pembuangan

8

Klem pipa

1 unit

Pengikat pipa dan elbow

9

Gergaji

1 unit

Pemotong kayu

10

Serokan

1 unit

Alat pengambil ikan

11

Cangkul

1 unit

Alat meratakan lokasi kolam

12

Ember

2 unit

Alat penampung ikan

13

Timbangan digital

1 unit

Alat sampling

14

Penggaris

1 unit

Alat sampling

15

pH meter

1 unit

Pengukur pH

16

Thermometer

1 unit

Pengukur suhu

17

Plastik packing

2 lembar

Pengemas benih ikan

18

Alat tulis

1 unit

Pencatat data sampling

 

3.2.2 Bahan

Tabel 2 daftar bahan yang digunakan

No

Bahan

Jumlah

Fungsi

1

Benih ikan lele

1000 ekor

Ikan yang akan dipelihara

2

Pakan

60 kg

Sumber pakan ikan

3

Air

Secukupnya

Media hidup ikan

4

Pupuk kandang

10 kg

Penumbuh pakan alami

5

Sekam padi

Secukupnya

Alas kolam terpal

6

Probiotik

1 botol

Suplemen pakan

 

3.3 Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum ini meliputi pembuatan kolam hingga sampai pada kegiatan pembesaran ikan lele sangkuriang

3.3.1 pembuatan kolam

·         Dilakukan pembersihan disekitar lokasi pembuatan kolam

·         Dilakukan pengukuran untuk kolam yang akan dibuat

·         Ditancapkan balok sebagai tiang utama kolam

·         Dipasang kayu penyangga samping kolam

·         Dipasang terpal didalam kerangka kolam yang sudah jadi

·         Dibuat saluran pembuangan di pojok kolam dengan pipa

·         Dilakukan pengisian air setinggi 60 cm

·         Dilakukan penumbuhan pakan alami dengan menggunakan pupuk kandang

·         Didiamkan kolam selama 1 minggu agar pakan alami tumbuh

·         Kolam siap digunakan

3.3.2 Kegiatan Pembesaran Ikan

·         Diaklimatisasi benih yang baru dibeli selama 15 menit

·         Diberi pakan selama 3 kali dalam sehari

·         Dilakukan penyamplingan setiap satu minggu sekali

·         Dilakukan pengecekan ikan untuk pengamatan kualitas air dan kesehatan ikan

3.3.3 Sampling

·         Diambil ikan sebanyak 30 ekor

·         Ditampung ikan di dalam ember yang berisi air

·         Dihitung berat masing-masing ikan sampel dengan timbangan digital

·         Dihitung panjang masing-masing ikan sampel dengan penggaris atau jangka sorong

·         Dicatat hasilnya

3.3.4 Panen

·         Dilakukan panen pada pagi hari

·         Dikeringkan air kolam dengan membuka pipa pembuanagn

·         Diambil Ikan dengan menggunakan serokan dan dimasukkan kedalam keranjang

·         Ditimbang Ikan menggunakan timbangan ikan

·         Dimasukkan Ikan kedalam coolbox

·         Ikan siap diangkut

3.4 Analisa Data

Analisa data pada kegiatan praktikum pembesaran ikan lele ini adalah SR, FCR, SGR, pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan berat mutlak.

3.4 1 Survival rate (SR)

SR (%) =  x 100%

Keterangan:

SR       = Survival rate

Nt        = jumlah ikan akhir pemeliharaan

N0       = jumlah ikan awal pemeliharaan

3.4.2 Feed Conversion Ratio (FCR)

FCR    =

Keterangan :

FCR    = rasio pakan untuk menghasilkan 1 kg daging

F          = jumlah pakan selama pemeliharaan

Wt       = berat akhir pemeliharaan

W0      = berat awal pemeliharaan

3.4.3 Specifik Growth Rate (SGR)

SGR    =

Keterangan:

SGR    = laju pertumbuhan

Wt       = Bobot rata-rata benih pada saat akhir pemeliharaan

W0      = Bobot rata-rata benih pada saat awal pemeliharaan

T          = lamanya waktu selama pemeliharaan

 

3.4.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak

P = Pt – Po

Keterangan:
P          = Pertumbuhan panjang mutlak  ikan yang dipelihara (cm)

Pt         = Panjang ikan pada akhir  pemeliharaan (cm)

Po        = Panjang ikan pada awal  pemeliharaan (cm)

3.4.5 Pertumbuhan Berat Mutlak

G  = Wt-Wo

Keterangan :

G         = Pertumbuhan bobot

Wt       = Bobot akhir

Wo      = Bobot awal

3.5 Biaya Operasional

Biaya Operasional adalah  operating expenses  yaitu  biaya  berupa  pengeluaran  uang  untuk  melaksanakan kegiatan pokok. Biaya operasional pada kegiatan pembesaran ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 biaya operasional

no

Alat dan bahan

jumlah

Harga satuan

jumlah

1

Benih ikan lele

1000 ekor

@ 300

Rp. 300.000

2

Pakan f1000

1 sak

@165.000

Rp. 165.000

3

Pakan f 999

1 sak

@185.000

Rp. 185.000

4

Pakan hi provit

1 sak

@200.000

Rp. 200.000

4

Probiotik

1 botol

@ 20.000

Rp. 20.000

5

Garam

5 kg

@ 5000

Rp. 25.000

6

Air PDAM

2 bulan

@ 40.000

Rp. 80.000

7

Pupuk kandang

1 sak

@ 10.000

Rp. 10.000

Total

Rp. 985.000

 

3.6 Kendala Dan Penanganan

            Selama pemeliharaan terdapat kendala yang dihadapi serta penanganan yang dilakukan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4 Tabel Kendala Dan Penanganan

no

Kendala

Penanganan

1

Benih ikan lele mati di awal tebar

Memberi ramuan herbal mengkudu

2

 Ikan mati dalam pemeliharaan

Mengganti air dan membuang ikan mati

3

Nafsu makan ikan menurun

Mengganti air dan memebrikan probiotik

 

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

            Hasil pengamatan dari kegiatan pembesaran ini meliputi data pemeliharaan, data FR, FCR, SGR dan grafik laju pertumbuhan panjang dan berat mingguan ikan lele.

4.1.1 Data Pemeliharaan Ikan Lele Selama 90 Hari

Tabel 5 data pemeliharaan ikan lele selama 90 hari

Minggu ke

Ukuran rata-rata

FR (%)

Pakan harian

Pakan minggu

Kualitas air

Panjang

Berat

pH

Suhu

Minggu ke 0

6 cm

3,3 gr

5%

-

-

7,7

28°C

Minggu ke 1

8 cm

5,8 gr

5%

165r

1.155 gr

7,1

28°C

Minggu ke 2

10 cm

8,3 gr

5%

284 gr

1.897 gr

7,05

28°C

Minggu ke 3

12 cm

11,8 gr

5%

406 gr

2.842 gr

7,54

28°C

Minggu ke 4

14 cm

21,1 gr

5%

578 gr

4.046 gr

7,46

28°C

Minggu ke 5

16 cm

32, 2 gr

3%

598,5 gr

4,189 gr

7,46

28°C

Minggu ke 6

18 cm

39,3 gr

3%

917.7 gr

6.423,9 gr

7,21

29°C

Minggu ke 7

20 cm

49,3 gr

3%

1.120 gr

7.840 gr

7,21

30°C

Minggu ke 8

23 cm

58,7 gr

3%

1.405 gr

9.835 gr

7,32

29°C

minggu ke 9

26

101, 7

3%

1.672 gr

11.710  gr

6,6

28°C

Minggu ke 10

27,3 cm

110 gr

3%

2.898 gr

20.289 gr

6,7

28°C

Minggu ke 11

28,2 cm

111,6 gr

3%

3,315  gr

21.945 gr

6,6

28°C

Minggu ke 12

28,9 cm

111,9 gr

3%

1,674 gr

11,718

6,7

28°C

 

4.1.2 Data Hasil Pemeliharaan Selama 90 Hari

Tabel 6 data hasil pemeliharaan selama 90 hari

Hasil panen

SR

FCR

SGR

PPM

PBM

70 kg

70%

0,8

1,2 cm

22,2 cm

108,6 gr

4.1.3 Grafik Laju Pertumbuhan Panjang

Gambar  1 Grafik Laju Pertumbuhan Panjang

 

4.1.4 Grafik Laju Pertumbuhan Bobot

 

Gambar  2 Grafik Laju Pertumbuhan Berat

 


 

4.2 Pembahasan

            Pada kegiatan pembesaran ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya pembuatan kolam terpal, pemeliharaan ikan lele, pengamatan kualitas air, sampling dan pemanenan. Setiap tahap memiliki kegiatan-kegiatan tertentu.

4.2.1 Pembuatan Kolam

            Hal yang paling utama dilakukan ketika ingin membudidayakan ikan lele untuk tujuan konsumsi adalah memper- siapkan tempat budidaya. Salah satu wadah untuk budidaya lele yang mudah dilakukan adalah Budidaya lele dalam kolam terpal. Untuk itu dibutuhkan material berupa terpal dan perangkat pendukung lainnya. Kolam yang digunakan pada kegiatan ini adalah kolam terpal dengan ukuran 4x3 meter dengan ketinggian kolam 1 meter (gambar 3)

Description: IMG_20190221_132255.jpg

Gambar  3 kolam terpal

Kolam terpal yang sudah tersedia, kemudian diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebih dahulu. Untuk bibit ikan lele yang berukuran 5-7 cm bisi diisi dengan air 40 cm. Hal ini dilakukan agar anakan ikan tidak merasa capek naik turun dari dasar kolam untuk mengambil oksigen. Seiring dengan pertambahan usia dan juga ukuran tubuh ikan lele, maka kedalaman air kolam juga bisa dilakukan. Perlu disediakan pula rumpon atau pelindung untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup. Lele untuk keperluan konsumsi dapat dipelihara ketika mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran bibit yang lebih besar, akan lebih baik pula untuk dibudidayakan. Agar panen berlangsung dengan cepat, yaitu sekitar 3-4 bulan masa budidaya, maka ikan harus diberi makanan ekstra dan optimal. Budidaya ikan lele untuk konsumsi dinilai cukup mudah, sebab ikan dengan ukuran lebih besar akan lebih tahan terhadap penyakit.

4.2.2 Pemeliharaan Ikan

            Pemeliharan ikan dilakukan selama 90 hari (3 bulan) terhitung dari awal penebaran, benih yang telah dibeli di aklimatisasi terlebih dahulu sebelum di tebar, hal ini agar menyesuaikan keadaan suhu di dalam plastik packing dan suhu di dalam air kolam, hal ini bertujuan agar benih ikan tidak stress. Menurut Effendie 2002 mengatakan bahwa aklimatisasi sebagai proses adaptasi ataupun penyesuaian benih ikan lele pada lingkungan yang baru. Lingkungan yang baru adalah media air pada kolam tujuan dengan parameter kualitas air yang stabil (sudah di treatment), sedangkan media air asal berupa kantong plastik beroksigen yang berisi benih ikan lele dengan kualitas air yang relatig tidak stabil, sebagai akibat dari waktu dan jarak tempuh perjalanan yang cukup jauh, terjadi fluktuasi suhu selama dalam perjalanan, metabolisme benih ikan lele dalam kantong plastik, ataupun guncangan fisik selama dalam perjalanan.

            Tata cara pemberian pakan ikan lele di budidaya ikan lele sangatlah penting, karena pemberian pakan ikan lele yang salah bisa mengakibatkan pemborosan juga bisa juga membuat ikan lele menjadi mati. Pakan ikan lele dumbo yg diberikan adalah pakan pabrikan & harus disesuaikan dgn besar mulut ikan. Utk kegiatan pembesaran ikan maka pemberian pakan awal adalah F999 (bibit yang yang sudah bisa memakan pallet butiran) sampai umur ikan 2 minggu, kemudian 781-2 sampai umur ikan 2 bulan & 781 sampai umur ikan lele siap di panen yaitu 3 bulan. Pemberian pakan pellet pada ikan lele dapat dilakukan 4 kali sehari, atau bila lebih dari dua kali sehari diberikan dengan jumlah yang lebih sedikit. Bila tersedia berikan pakan alami seperti bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain untuk makanan tambahan. Makanan alami ini selain menghemat pengeluaran juga bisa memberi kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele akan lebih cepat.

            Dalam pemberian pakan ini diberikan kombinasi tambahan berupa probiotik yang dicampur di dalam pakan, pemberian probiotik ini bermanfaat untuk pencernaan ikan lele dan memperbaiki kualitas air, Probiotik merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi komposisi populasi bakteri dalam saluran pencernaan, air, sedimen, serta dapat digunakan sebagai agen biokontrol dan bioremediasi (Flores, 2011). Penggunaan probiotik dalam budidaya ikan memberikan efek menguntungkan dan saat ini penggunaan probiotik merupakan bagian penting dalam manajemen budidaya perikanan (Balcazar et al., 2006). Probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan, respons imun non-spesifik, resistansi terhadap penyakit, dan kelangsungan hidup ikan (Wang & Xu, 2006). Aplikasi probiotik dapat dilakukan dengan cara dicampurkan dalam pakan atau ditambahkan ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan respons imun pada ikan (He et al., 2011).

            Pemeliharaan ikan lele ini juga dilakukan sampling, untuk menentukan laju pertumbuhan panjang dan berat dari ikan yang di pelihara dan juga untuk mengetahui jumlah biota yang terdapat di dalam suatu kolam. Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel/ contoh untuk menduga keadaan suatu populasi.  Contoh serangga diambil dari suatu area untuk diduga berbagai karakteristik populasinya seperti kepadatan populasi,  sebarannya dalam habitat, jumlah relatif masing-masing stadia, dan fluktuasi jumlah serangga menurut waktu.  Penarikan contoh diperlukan karena tidak mungkin pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan. (Sudjana,2005).

            Hasil selama pemeliharaan ini diperoleh hasil panen dengan total 70 kg, dengan berat ikan 10 ekor/kg, fcr yang diperoleh adalah sebesar 0,8 hal ini menunjukkan bahwa dengan 0,8 kg pakan menghasilkan 1 kg daging ikan, fujaya 2008 menyebutkan bahwa FCR adalah kepanjangan dari Feed Convertion Ratio, yaitu berapa banyak pakan (kg) yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. Pada suatu usaha budidaya ikan pada umumnya nilai FCR dijadikan sebagai salah satu tolok ukur  keberhasilan baik secara teknis budidaya maupun  secara finansial. Dengan kata lain kegiatan pembesaran ini memperoleh keuntungan dari segi pemberian pakan.

            Kendala yang dihadapi selama pemeliharaan adalah kematian awal ketika benih pertama kali di tebar, dimana kematian ini dipicu keadaan benih yang lemah, kendala lain yang dihadapi adalah nafsu makan yang rendah yang dipicu air yang tak kurun dig anti dalam waktu yang lama, hal yang dilakukan adalah dengan mengganti air sebanyak 30% dan memberikan ramuan daun papaya untuk meningkatkan imunitas ikan lele, hal lain yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memberikan tambahan probiotik pada pakan yang berguna untuk memicu nafsu makan ikan lele dan juga untuk memperbaiki kualitas air dengan mekanisme perombakan bahan organic oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam probiotik tersebut, prebiotik yang digunakan adalah dengan nama produk EM4.

4.2.3 Pemanenan

            Pemanenan dilakukan dengan cara mengeringkan air terlebih dahulu dan harus pada suhu rendah yaitu pagi atau sore hari, hal ini agar ikan yang dipanen tidak stress, panen dilakukan dengan mengambil ikan secara keseluruhan, tikan yang telah dipanen segera dimasukkan kedalam coolbox dan ikan siap untuk diangkut.

 

             

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

            Kesimpulan pada kegiatan pembesaran ikan ini adalah sebagai berikut:

1        Ikan dipelihara selama 90 hari, sesuai dengan masa pemeliharaan secara umumnya

2        Kendala yang dihadapi selama pemeliharaan ditangani sesui dengan kondisi fisiologis ikan

3        Hasil pemeliharaan menunjukkan bahwa ikan mengalami pertumbuhan setiap harinya

4        Nilai FCR diperoleh adalah 0,8, hal ini menunjukkan pakan yang diberi efesien.

5        Kegiatan pembesaran ini secara keseluruhan mendapatkan keuntungan

5.2 Saran

            Diharapkan adanya panen parsial yang dilakukan di pertengahan pemeliharaan untuk menutupi kebutuhan pakan selama setengah periode pemeliharaan.


 

DAFTAR PUSTAKA

Balcazar, J.L., de Blas, I., Ruiz-Zarzuela, I., Cunningham, D., & Vendrell, D. (2006). The role of probiotics in aquaculture. Veterinary Microbiology, 114, 173- 186.

Flores, M.L. (2011). The use of probiotic in aquaculture: an overview. International Research Journal of Microbiology, 2(12), 471-478.

Fujaya Y. 2008. Fisiologi ikan dan pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta.

Wang, Y., & Xu, Z.R. (2006). Effect of probiotic for common carp (Cyprinus carpio) based on growth performance and digestive enzyme activities. Animal Feed Science and Technology, 127, 283-292

He, S., Liu, W., Zhou, Z., Mao, W., Ren, P., Marubashi, T., & Ringo, E. (2011). Evaluation of probiotic strain Bacillus subtilis C3102 as a feed supplement for koi carp (Cyprinus carpio). Jo

INILAH 7 DAFTAR IKAN CUPANG PLAKAT DENGAN HARGA TERMAHAL!!||HAMPIR 25 JT

          Ikan cupang kini memiliki minat yang cukup tinggi di kalangan para pecinta ikan hias, tak bisa di pungkiri, keindahan tubuh dan ti...