
Rahmat blog
Minggu, 11 Oktober 2020
INILAH 7 DAFTAR IKAN CUPANG PLAKAT DENGAN HARGA TERMAHAL!!||HAMPIR 25 JT

PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) DI KOLAM TERPAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Budidaya ikan
lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya perikanan yang semakin
berkembang. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang
relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal
usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat dibudidayakan dilahan sempit
dengan padat tebar tinggi (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Beberapa
tahun terakhir budidaya ikan lele telah banyak dikembangkan secara intensif.
Kegiatan budidaya secara intensif menerapkan padat tebar yang tinggi dan
pemakaian pakan buatan berkadar protein tinggi
Budidaya perairan
atau aquaculture adalah rekayasa manusia dengan menambahkan input dan
energi untuk meningkatkan produksi organisme akuatik yang bermanfaat dengan
memanipulasi tingkat pertumbuhan, mortalitas, dan reproduksinya. Budidaya
perairan dapat pula didefinisikan sebagai kegiatan pemeliharaan ikann dalam
arti luas dimana didalamnya diterapkan kegiatan pertanian dan peternakan, Ikan
lele memiliki prospek ekonomi untuk memenuhi pasar lokal karena harga, tekstur
daging dan kuantitasnya memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan baku protein
yang murah untuk masyarakat. Permintaan lele segar untuk konsumsi diperkirakan
akan terus meningkat, sehingga untuk memenuhi permintaan pasar kegiatan
budidaya terutama pembesaran harus terus ditingkatkan
Ikan lele (Clarias gariepinus.) salah satu
komoditas ikan air tawar yang sangat mudah dibudidayakan. Ikan lele merupakan
ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati masyarakat untuk
dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan menjadi 2 segmen, yaitu segmen
usaha pembenihan dan segmen pembesaran. Usaha budidaya ikan lele merupakan
siklus usaha yang relatif pendek yaitu 1,5 bulan untuk pembenihan dan 3 bulan
untuk pembesaran, sehingga perputaran uang untuk kegiatan usaha menjadi lebih
cepat. Segmen pembenihan bertujuan menghasilkan benih ikan lele, sedangkan
segmen pembesaran bertujuan menghasilkan ikan lele siap konsumsi.
Lele merupakan
salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari
benih sampai ukuran konsumsi. Setiap segmen usaha ini sangat menguntungkan.
Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan permintaannya
cukup besar. Tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional
kenaikannya sebesar 18,3 % per tahun. Pada tahun 1999 produksi lele sebesar 24.991 ton Pada tahun
2003 produksi lele sebesar 57.740 ton.
1.2 Tujuan
Tujuan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1
Untuk mendapatkan keuntungan selama pembesaran
ikan lele.
2
Untuk mengetahui data laju pertumbuhan panjang
dan berat ikan lele.
3
Untuk mengetahui
nilai FR dan FCR selama pemeliharaan.
4
Untuk mengetahui analisa usaha selama kegiatan
usaha pembesaran.
5
Untuk mengetahui kendala dan penanganan selama
kegiatan pembesaran ikan lele.
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1
Memberikan informasi keuntungan selama
pembesaran ikan lele.
2
Memberikan informasi data laju pertumbuhan
panjang dan berat ikan lele.
3
Memberikan informasi nilai FR dan FCR selama
pemeliharaan.
4
Memberikan informasi analisa usaha selama
kegiatan usaha pembesaran.
5
Memberikan pemahaman mengenai kendala dan
penanganan selama kegiatan pembesaran ikan lele.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Saanin (1984) klasifikasi
ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia
Sub Kingdom :
Metazoa
Phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo : Ostariophysoidei
Sub Ordo : Siluroidea
Family : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias
gariepinus
Seperti lele pada
umumnya, ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus) memiliki kulit yang licin, berlendir, dan tidak memiliki sisik
sama sekali. Jika terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi
loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut ikan lele dumbo relatif lebar, yaitu
sekitar ¼ dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik lainnya dari ikan lele
sangkuriang adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah yang berfungsi
sebagai alat peraba. Kumis berfungsi sebagai alat peraba saat bargerak atau
mencari makan (Khairuman dan Amri, 2002). Badan ikan lele sangkuriang berbentuk
memanjang dengan kepala pipih dibawah (depresed). Ikan lele sangkuriang
memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu, sirip punggung, sirip ekor dan sirip
dubur. Selain itu, ikan lele sangkuriang juga memiliki dua buah sirip yang
berpasangan untuk alat bantu berenang, yaitu sirip dada dan sirip perut. Ikan
lele sangkuriang mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa
sepasang patil yang terletak di depan sirip dada (Suyanto, 2009).
Menurut
Puspowardoyo dan Djarijah (2003), ikan lele sangkuriang memiliki patil tidak
tajam dan giginya tumpul. Sungut ikan lele dumbo relatif panjang dan tampak
lebih kuat dari pada lele lokal. Kulit dadanya terletak bercak-bercak kelabu
seperti jamur kulit pada manusia (panu). Kepala dan punggungnya berwarna gelap
kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan.
Menurut Najiyati
(2007), ikan lele sangkuriang memiliki alat pernapaasan tambahan yang disebut
arborescent organ terletak di bagian kepala. Alat pernapasan ini berwarna
kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler
darah. Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh empat pasang
sungut, yaitu 1 pasang sungut hidung, 1 pasang sungut maksila (berfungsi
sebagai tentakel), dan dua pasang sungut mandibula. Insangnya berukuran kecil
dan terletak pada kepala bagian belakang.
2.2 Habitat
dan Tingkah Laku
Habitat ikan lele
sangkuriang adalah semua perairan air tawar. Menurut Najiyati (2007), ikan lele
sangkuriang termasuk ikan air tawar yang menyukai genangan air yang tidak
tenang. Di sungai-sungai, ikan ini lebih banyak dijumpai di tempattempat yang
aliran airnya tidak terlalu deras. Kondisi yang ideal bagi hidup ikan lele sangkuriang
adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–260 C. Suhu air akan
mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air. Kandungan O2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan
timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan
kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematiannya.
Ikan lele sangkuriang
hidup dengan baik di dataran rendah sampai perbukitan yang tidak terlalu
tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20°C,
pertumbuhannya sedikit lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas
700 meter di atas permukaan laut, pertumbuhan ikan lele dumbo kurang begitu
baik (Suyanto, 2009).
Ikan lele sangkuriang
mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah, namun
untuk menunjang agar ikan lele sangkuriang dapat tumbuh secara optimal
diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Kadar oksigen
yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan lele sangkuriang secara optimum
adalah harus lebih dari 3 ppm. Tinggi rendahnya suatu pH dalam perairan salah
satunya dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan tersebut
khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme (Arifin, 1991).
2.3
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan
didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring
dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan
itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,
kemampuan untuk memanfaatkan makanan, dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan
yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan
dari segi kualitas dan kuantitas. Ikan lele dumbo biasanya memiliki kecepatan
tumbuh yang lebih besar dibandingkan ikan lele lokal. Ikan lele dumbo mencapai
kedewasaan setelah ukuran 100 gram atau lebih.
Pertumbuhan dari fase awal hidup
ikan mula-mula berjalan dengan lambat untuk sementara tetapi kemudian
pertumbuhan berjalan dengan cepat dan diikuti dengan pertumbuhan yang lambat
lagi pada umur tua. Pada ikan tua, pertumbuhan berjalan lambat karena sebagian
besar makanannya digunakan pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Effendie, 2002).
Ikan lele dumbo pada umur 26 hari memiliki panjang standar rata-rata 2-3 cm
dengan bobot 0,004 gram dan umur 40 hari memiliki panjang standar rata-rata 3-5
cm dengan bobot 0,68 gram (Sunarma, 2004). Kelangsungan hidup adalah peluang
hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian
yang terjadi pada suatu populasi organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah
individu di populasi tersebut (Effendi, 2002).
Tingkat
kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitannya
dengan ukuran ikan yang dipelihara. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup
ikan lele dumbo yang perlu diperhatikan adalah padat tebar, pemberian pakan,
penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele dumbo bisa bertahan pada kolam
yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan batas tertentu. Begitu
juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan
kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang ditebar. Penyakit yang
menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air, sehingga kualitas air yang
baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan
hidup (Yuniarti, 2006).
BAB III
METODELOGI KERJA
3.1 Waktu
Dan Tempat
Praktikum pembesaran ikan ini
dilakukan selama 90 hari terhitung dari tanggal 15 februari sampai dengan 15
mei 2019, beralamat di jln. Sejati indah, des. Limpok, Kec. Syiah kuala, Kab.
Aceh besar. Aceh, Indonesia.
3.2 Alat Dan
Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum ini dibagi menjadi alat pembuatan kolam serta
alat dan bahan selama pemeliharaan ikan.
3.2.1 Alat
Tabel 1 daftar
alat yang digunakan
No |
Alat |
Jumlah |
Fungsi |
1 |
Terpal |
4 x
6 meter |
Wadah
ikan lele |
2 |
Kayu |
10
lembar |
Kerangka
kolam |
3 |
Meteran |
1
unit |
Alat
ukur pembuatan kolam |
4 |
Paku |
5
ons |
Penguat
kerangka |
5 |
Palu |
1
unit |
Pemukul
paku |
6 |
Pipa |
2
meter |
Saluran
pembuangan kolam |
7 |
Elbow
pipa |
1
unit |
Penyambung
saluran pembuangan |
8 |
Klem
pipa |
1
unit |
Pengikat
pipa dan elbow |
9 |
Gergaji
|
1
unit |
Pemotong
kayu |
10 |
Serokan
|
1
unit |
Alat
pengambil ikan |
11 |
Cangkul
|
1
unit |
Alat
meratakan lokasi kolam |
12 |
Ember
|
2
unit |
Alat
penampung ikan |
13 |
Timbangan
digital |
1
unit |
Alat
sampling |
14 |
Penggaris
|
1
unit |
Alat
sampling |
15 |
pH
meter |
1
unit |
Pengukur
pH |
16 |
Thermometer
|
1
unit |
Pengukur
suhu |
17 |
Plastik
packing |
2
lembar |
Pengemas
benih ikan |
18 |
Alat
tulis |
1
unit |
Pencatat
data sampling |
3.2.2
Bahan
Tabel 2 daftar bahan yang digunakan
No |
Bahan |
Jumlah |
Fungsi |
1 |
Benih ikan lele |
1000 ekor |
Ikan yang akan dipelihara |
2 |
Pakan |
60 kg |
Sumber pakan ikan |
3 |
Air |
Secukupnya |
Media hidup ikan |
4 |
Pupuk kandang |
10 kg |
Penumbuh pakan alami |
5 |
Sekam padi |
Secukupnya |
Alas kolam terpal |
6 |
Probiotik |
1 botol |
Suplemen pakan |
3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada
praktikum ini meliputi pembuatan kolam hingga sampai pada kegiatan pembesaran
ikan lele sangkuriang
3.3.1
pembuatan kolam
·
Dilakukan pembersihan disekitar lokasi pembuatan
kolam
·
Dilakukan pengukuran untuk kolam yang akan
dibuat
·
Ditancapkan balok sebagai tiang utama kolam
·
Dipasang kayu penyangga samping kolam
·
Dipasang terpal didalam kerangka kolam yang
sudah jadi
·
Dibuat saluran pembuangan di pojok kolam dengan
pipa
·
Dilakukan pengisian air setinggi 60 cm
·
Dilakukan penumbuhan pakan alami dengan
menggunakan pupuk kandang
·
Didiamkan kolam selama 1 minggu agar pakan alami
tumbuh
·
Kolam siap digunakan
3.3.2
Kegiatan Pembesaran Ikan
·
Diaklimatisasi benih yang baru dibeli selama 15
menit
·
Diberi pakan selama 3 kali dalam sehari
·
Dilakukan penyamplingan setiap satu minggu
sekali
·
Dilakukan pengecekan ikan untuk pengamatan
kualitas air dan kesehatan ikan
3.3.3
Sampling
·
Diambil ikan sebanyak 30 ekor
·
Ditampung ikan di dalam ember yang berisi air
·
Dihitung berat masing-masing ikan sampel dengan
timbangan digital
·
Dihitung panjang masing-masing ikan sampel
dengan penggaris atau jangka sorong
·
Dicatat hasilnya
3.3.4 Panen
·
Dilakukan panen pada pagi hari
·
Dikeringkan air kolam dengan membuka pipa
pembuanagn
·
Diambil Ikan dengan menggunakan serokan dan
dimasukkan kedalam keranjang
·
Ditimbang Ikan menggunakan timbangan ikan
·
Dimasukkan Ikan kedalam coolbox
·
Ikan siap diangkut
3.4 Analisa
Data
Analisa data pada
kegiatan praktikum pembesaran ikan lele ini adalah SR, FCR, SGR, pertumbuhan
panjang mutlak, pertumbuhan berat mutlak.
3.4 1
Survival rate (SR)
SR (%) = x 100%
Keterangan:
SR = Survival rate
Nt = jumlah ikan akhir pemeliharaan
N0 = jumlah ikan awal pemeliharaan
3.4.2 Feed
Conversion Ratio (FCR)
FCR =
Keterangan
:
FCR = rasio pakan untuk menghasilkan 1 kg daging
F = jumlah pakan selama pemeliharaan
Wt = berat akhir pemeliharaan
W0 = berat awal pemeliharaan
3.4.3 Specifik Growth Rate (SGR)
SGR =
Keterangan:
SGR = laju pertumbuhan
Wt = Bobot rata-rata benih pada saat akhir
pemeliharaan
W0 = Bobot rata-rata benih pada saat awal
pemeliharaan
T = lamanya waktu selama pemeliharaan
3.4.4
Pertumbuhan Panjang Mutlak
P = Pt – Po
Pt = Panjang ikan pada akhir
pemeliharaan (cm)
Po = Panjang ikan pada awal
pemeliharaan (cm)
3.4.5
Pertumbuhan Berat Mutlak
G = Wt-Wo
Keterangan :
G
= Pertumbuhan bobot
Wt
= Bobot akhir
Wo
= Bobot awal
3.5 Biaya
Operasional
Biaya Operasional
adalah operating expenses yaitu biaya berupa
pengeluaran
uang untuk
melaksanakan kegiatan pokok. Biaya
operasional pada kegiatan pembesaran ini dapat di lihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 3 biaya
operasional
no |
Alat dan bahan |
jumlah |
Harga satuan |
jumlah |
1 |
Benih ikan lele |
1000 ekor |
@ 300 |
Rp. 300.000 |
2 |
Pakan f1000 |
1 sak |
@165.000 |
Rp. 165.000 |
3 |
Pakan f 999 |
1
sak |
@185.000 |
Rp. 185.000 |
4 |
Pakan hi provit |
1
sak |
@200.000 |
Rp. 200.000 |
4 |
Probiotik |
1 botol |
@ 20.000 |
Rp. 20.000 |
5 |
Garam |
5 kg |
@ 5000 |
Rp. 25.000 |
6 |
Air PDAM |
2 bulan |
@ 40.000 |
Rp. 80.000 |
7 |
Pupuk kandang |
1
sak |
@ 10.000 |
Rp. 10.000 |
Total |
Rp. 985.000 |
3.6 Kendala Dan Penanganan
Selama pemeliharaan terdapat kendala
yang dihadapi serta penanganan yang dilakukan, untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel di bawah ini
Tabel 4 Tabel
Kendala Dan Penanganan
no |
Kendala |
Penanganan |
1 |
Benih ikan lele mati
di awal tebar |
Memberi ramuan herbal mengkudu |
2 |
Ikan
mati dalam pemeliharaan |
Mengganti air dan membuang ikan mati |
3 |
Nafsu makan ikan menurun |
Mengganti air dan memebrikan probiotik |
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
pengamatan
Hasil pengamatan dari kegiatan
pembesaran ini meliputi data pemeliharaan, data FR, FCR, SGR dan grafik laju
pertumbuhan panjang dan berat mingguan ikan lele.
4.1.1 Data
Pemeliharaan Ikan Lele Selama 90 Hari
Tabel 5 data
pemeliharaan ikan lele selama 90 hari
Minggu ke |
Ukuran rata-rata |
FR (%) |
Pakan harian |
Pakan minggu |
Kualitas air |
||
Panjang |
Berat |
pH |
Suhu |
||||
Minggu ke 0 |
6 cm |
3,3 gr |
5% |
- |
- |
7,7 |
28°C |
Minggu ke 1 |
8 cm |
5,8 gr |
5% |
165r |
1.155 gr |
7,1 |
28°C |
Minggu ke 2 |
10 cm |
8,3 gr |
5% |
284 gr |
1.897 gr |
7,05 |
28°C |
Minggu ke 3 |
12 cm |
11,8 gr |
5% |
406 gr |
2.842 gr |
7,54 |
28°C |
Minggu ke 4 |
14 cm |
21,1 gr |
5% |
578 gr |
4.046 gr |
7,46 |
28°C |
Minggu ke 5 |
16 cm |
32, 2 gr |
3% |
598,5 gr |
4,189 gr |
7,46 |
28°C |
Minggu ke 6 |
18 cm |
39,3 gr |
3% |
917.7 gr |
6.423,9 gr |
7,21 |
29°C |
Minggu ke 7 |
20 cm |
49,3 gr |
3% |
1.120 gr |
7.840 gr |
7,21 |
30°C |
Minggu ke 8 |
23 cm |
58,7 gr |
3% |
1.405 gr |
9.835 gr |
7,32 |
29°C |
minggu ke 9 |
26 |
101, 7 |
3% |
1.672 gr |
11.710 gr |
6,6 |
28°C |
Minggu ke 10 |
27,3 cm |
110 gr |
3% |
2.898 gr |
20.289 gr |
6,7 |
28°C |
Minggu ke 11 |
28,2 cm |
111,6 gr |
3% |
3,315 gr |
21.945 gr |
6,6 |
28°C |
Minggu ke 12 |
28,9 cm |
111,9 gr |
3% |
1,674 gr |
11,718 |
6,7 |
28°C |
4.1.2 Data
Hasil Pemeliharaan Selama 90 Hari
Tabel 6 data
hasil pemeliharaan selama 90 hari
Hasil
panen |
SR |
FCR |
SGR |
PPM |
PBM |
70 kg |
70% |
0,8 |
1,2 cm |
22,2 cm |
108,6 gr |
4.1.3 Grafik
Laju Pertumbuhan Panjang
Gambar 1 Grafik
Laju Pertumbuhan Panjang
4.1.4 Grafik Laju Pertumbuhan Bobot
Gambar
2 Grafik Laju Pertumbuhan Berat
4.2 Pembahasan
Pada kegiatan pembesaran ini
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, diantaranya pembuatan kolam terpal,
pemeliharaan ikan lele, pengamatan kualitas air, sampling dan pemanenan. Setiap
tahap memiliki kegiatan-kegiatan tertentu.
4.2.1
Pembuatan Kolam
Hal yang paling utama dilakukan
ketika ingin membudidayakan ikan lele untuk tujuan konsumsi adalah memper-
siapkan tempat budidaya. Salah satu wadah untuk budidaya lele yang mudah
dilakukan adalah Budidaya lele dalam kolam terpal. Untuk itu dibutuhkan
material berupa terpal dan perangkat pendukung lainnya. Kolam yang digunakan
pada kegiatan ini adalah kolam terpal dengan ukuran 4x3 meter dengan ketinggian
kolam 1 meter (gambar 3)
Gambar 3 kolam
terpal
Kolam terpal yang
sudah tersedia, kemudian diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebih
dahulu. Untuk bibit ikan lele yang berukuran 5-7 cm bisi diisi dengan air 40
cm. Hal ini dilakukan agar anakan ikan tidak merasa capek naik turun dari dasar
kolam untuk mengambil oksigen. Seiring dengan pertambahan usia dan juga ukuran
tubuh ikan lele, maka kedalaman air kolam juga bisa dilakukan. Perlu disediakan
pula rumpon atau pelindung untuk lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi
di daerah tertutup. Lele untuk keperluan konsumsi dapat dipelihara ketika
mencapai ukuran 5-7 cm. Ukuran bibit yang lebih besar, akan lebih baik pula
untuk dibudidayakan. Agar panen berlangsung dengan cepat, yaitu sekitar 3-4
bulan masa budidaya, maka ikan harus diberi makanan ekstra dan optimal.
Budidaya ikan lele untuk konsumsi dinilai cukup mudah, sebab ikan dengan ukuran
lebih besar akan lebih tahan terhadap penyakit.
4.2.2
Pemeliharaan Ikan
Pemeliharan ikan dilakukan selama 90
hari (3 bulan) terhitung dari awal penebaran, benih yang telah dibeli di
aklimatisasi terlebih dahulu sebelum di tebar, hal ini agar menyesuaikan
keadaan suhu di dalam plastik packing dan suhu di dalam air kolam, hal ini
bertujuan agar benih ikan tidak stress. Menurut Effendie 2002 mengatakan bahwa
aklimatisasi sebagai proses adaptasi ataupun penyesuaian benih ikan lele pada
lingkungan yang baru. Lingkungan yang baru adalah media air pada kolam tujuan
dengan parameter kualitas air yang stabil (sudah di treatment), sedangkan
media air asal berupa kantong plastik beroksigen yang berisi benih ikan lele
dengan kualitas air yang relatig tidak stabil, sebagai akibat dari waktu dan
jarak tempuh perjalanan yang cukup jauh, terjadi fluktuasi suhu selama dalam
perjalanan, metabolisme benih ikan lele dalam kantong plastik, ataupun
guncangan fisik selama dalam perjalanan.
Tata cara pemberian pakan ikan lele
di budidaya ikan lele sangatlah penting, karena pemberian pakan ikan lele yang
salah bisa mengakibatkan pemborosan juga bisa juga membuat ikan lele menjadi
mati. Pakan ikan lele dumbo yg diberikan adalah pakan pabrikan & harus
disesuaikan dgn besar mulut ikan. Utk kegiatan pembesaran ikan maka pemberian
pakan awal adalah F999 (bibit yang yang sudah bisa memakan pallet butiran) sampai
umur ikan 2 minggu, kemudian 781-2 sampai umur ikan 2 bulan & 781 sampai
umur ikan lele siap di panen yaitu 3 bulan. Pemberian pakan pellet pada ikan
lele dapat dilakukan 4 kali sehari, atau bila lebih dari dua kali sehari
diberikan dengan jumlah yang lebih sedikit. Bila tersedia berikan pakan alami
seperti bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain untuk makanan
tambahan. Makanan alami ini selain menghemat pengeluaran juga bisa memberi
kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan lele akan lebih cepat.
Dalam pemberian pakan ini diberikan
kombinasi tambahan berupa probiotik yang dicampur di dalam pakan, pemberian
probiotik ini bermanfaat untuk pencernaan ikan lele dan memperbaiki kualitas
air, Probiotik merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk
memodifikasi komposisi populasi bakteri dalam saluran pencernaan, air, sedimen,
serta dapat digunakan sebagai agen biokontrol dan bioremediasi (Flores, 2011).
Penggunaan probiotik dalam budidaya ikan memberikan efek menguntungkan dan saat
ini penggunaan probiotik merupakan bagian penting dalam manajemen budidaya
perikanan (Balcazar et al., 2006). Probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan,
respons imun non-spesifik, resistansi terhadap penyakit, dan kelangsungan hidup
ikan (Wang & Xu, 2006). Aplikasi probiotik dapat dilakukan dengan cara
dicampurkan dalam pakan atau ditambahkan ke dalam media pemeliharaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan respons imun pada ikan (He et al., 2011).
Pemeliharaan ikan lele ini juga
dilakukan sampling, untuk menentukan laju pertumbuhan panjang dan berat dari
ikan yang di pelihara dan juga untuk mengetahui jumlah biota yang terdapat di
dalam suatu kolam. Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel/ contoh
untuk menduga keadaan suatu populasi. Contoh serangga diambil dari suatu
area untuk diduga berbagai karakteristik populasinya seperti kepadatan
populasi, sebarannya dalam habitat, jumlah relatif masing-masing stadia,
dan fluktuasi jumlah serangga menurut waktu. Penarikan contoh diperlukan
karena tidak mungkin pengamatan terhadap keseluruhan populasi dilakukan.
(Sudjana,2005).
Hasil selama pemeliharaan ini
diperoleh hasil panen dengan total 70 kg, dengan berat ikan 10 ekor/kg, fcr
yang diperoleh adalah sebesar 0,8 hal ini menunjukkan bahwa dengan 0,8 kg pakan
menghasilkan 1 kg daging ikan, fujaya 2008 menyebutkan bahwa FCR adalah
kepanjangan dari Feed Convertion
Ratio, yaitu berapa banyak pakan (kg) yang diberikan untuk menghasilkan 1
kg daging ikan. Pada suatu usaha budidaya ikan pada umumnya nilai FCR dijadikan
sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan baik secara teknis budidaya
maupun secara finansial. Dengan kata lain kegiatan pembesaran ini
memperoleh keuntungan dari segi pemberian pakan.
Kendala yang dihadapi selama
pemeliharaan adalah kematian awal ketika benih pertama kali di tebar, dimana
kematian ini dipicu keadaan benih yang lemah, kendala lain yang dihadapi adalah
nafsu makan yang rendah yang dipicu air yang tak kurun dig anti dalam waktu
yang lama, hal yang dilakukan adalah dengan mengganti air sebanyak 30% dan
memberikan ramuan daun papaya untuk meningkatkan imunitas ikan lele, hal lain
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memberikan
tambahan probiotik pada pakan yang berguna untuk memicu nafsu makan ikan lele
dan juga untuk memperbaiki kualitas air dengan mekanisme perombakan bahan
organic oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam probiotik tersebut,
prebiotik yang digunakan adalah dengan nama produk EM4.
4.2.3
Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara
mengeringkan air terlebih dahulu dan harus pada suhu rendah yaitu pagi atau
sore hari, hal ini agar ikan yang dipanen tidak stress, panen dilakukan dengan
mengambil ikan secara keseluruhan, tikan yang telah dipanen segera dimasukkan
kedalam coolbox dan ikan siap untuk diangkut.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan pada kegiatan pembesaran
ikan ini adalah sebagai berikut:
1
Ikan dipelihara selama 90 hari, sesuai dengan
masa pemeliharaan secara umumnya
2
Kendala yang dihadapi selama pemeliharaan
ditangani sesui dengan kondisi fisiologis ikan
3
Hasil pemeliharaan menunjukkan bahwa ikan
mengalami pertumbuhan setiap harinya
4
Nilai FCR diperoleh adalah 0,8, hal ini
menunjukkan pakan yang diberi efesien.
5
Kegiatan pembesaran ini secara keseluruhan
mendapatkan keuntungan
5.2 Saran
Diharapkan adanya panen parsial yang
dilakukan di pertengahan pemeliharaan untuk menutupi kebutuhan pakan selama
setengah periode pemeliharaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Balcazar, J.L., de
Blas, I., Ruiz-Zarzuela, I., Cunningham, D., & Vendrell, D. (2006). The
role of probiotics in aquaculture. Veterinary Microbiology, 114, 173- 186.
Flores, M.L. (2011).
The use of probiotic in aquaculture: an overview. International Research
Journal of Microbiology, 2(12), 471-478.
Fujaya Y. 2008.
Fisiologi ikan dan pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta.
Wang, Y., & Xu,
Z.R. (2006). Effect of probiotic for common carp (Cyprinus carpio) based on
growth performance and digestive enzyme activities. Animal Feed Science and
Technology, 127, 283-292
He, S., Liu, W.,
Zhou, Z., Mao, W., Ren, P., Marubashi, T., & Ringo, E. (2011). Evaluation
of probiotic strain Bacillus subtilis C3102 as a feed supplement for koi carp
(Cyprinus carpio). Jo
INILAH 7 DAFTAR IKAN CUPANG PLAKAT DENGAN HARGA TERMAHAL!!||HAMPIR 25 JT
Ikan cupang kini memiliki minat yang cukup tinggi di kalangan para pecinta ikan hias, tak bisa di pungkiri, keindahan tubuh dan ti...

-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pengukuran karakter morfometrik ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfologi da...